Sejarah Perjalanan Saham GoTo Menuju Bursa Efek Indonesia

GoTo, singkatan dari Gojek Tokopedia, adalah entitas perusahaan teknologi terbesar di Indonesia yang terbentuk dari penggabungan dua unicorn terkemuka: Gojek dan Tokopedia. Dalam beberapa tahun terakhir, GoTo telah menjadi pusat perhatian tidak hanya di kalangan pebisnis dan investor lokal tetapi juga di kancah internasional. Langkah besar GoTo untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah pasar modal Indonesia. Artikel ini akan membahas secara komprehensif sejarah perjalanan saham GoTo menuju BEI, mulai dari pembentukan perusahaan hingga pencatatan sahamnya.

Gojek didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim dengan tujuan mengubah cara orang memesan transportasi di Jakarta. Awalnya, Gojek hanya menyediakan layanan ojek panggilan yang dapat dipesan melalui telepon. Namun, dengan cepat perusahaan ini berkembang menjadi platform on-demand super app yang menawarkan berbagai layanan, termasuk transportasi, pengiriman makanan (GoFood), pembayaran digital (GoPay), pengiriman barang (GoSend), dan layanan lainnya.

Keberhasilan Gojek tidak lepas dari kemampuannya dalam memahami kebutuhan masyarakat urban yang ingin solusi praktis dan cepat untuk berbagai keperluan sehari-hari. Dengan inovasi yang terus-menerus, Gojek berhasil menarik investasi dari berbagai investor besar, termasuk Google, Tencent, dan Temasek, yang membantu perusahaan ini tumbuh menjadi salah satu unicorn pertama di Indonesia.

Tokopedia didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009 dengan visi untuk memberdayakan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia melalui platform e-commerce. Tokopedia memungkinkan penjual untuk membuka toko online mereka sendiri dan menjual produk ke seluruh Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Tokopedia tumbuh menjadi salah satu marketplace terbesar di Indonesia, menawarkan berbagai produk mulai dari barang elektronik hingga kebutuhan rumah tangga.

Tokopedia mendapatkan dukungan dari investor global besar seperti SoftBank dan Alibaba Group, yang membantu perusahaan ini memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor e-commerce Indonesia. Dengan pendekatan yang berfokus pada inklusi digital dan aksesibilitas, Tokopedia menjadi platform yang menghubungkan jutaan penjual dengan pembeli di seluruh negeri.

Pada Mei 2021, Gojek dan Tokopedia mengumumkan merger mereka, menciptakan entitas baru bernama GoTo. Merger ini tidak hanya menjadi peristiwa penting dalam sejarah perusahaan teknologi di Indonesia, tetapi juga merupakan salah satu merger terbesar di Asia Tenggara. Penggabungan ini memungkinkan GoTo untuk menjadi kekuatan dominan di ekosistem digital Indonesia, yang mencakup layanan transportasi, e-commerce, keuangan digital, dan banyak lagi.

Alasan Merger

Merger antara Gojek dan Tokopedia dilakukan dengan beberapa alasan strategis:

• Sinergi Layanan: Dengan menggabungkan kekuatan Gojek dan Tokopedia, GoTo dapat menciptakan ekosistem yang saling terintegrasi, di mana pengguna dapat mengakses berbagai layanan dari satu aplikasi super. Ini menciptakan pengalaman pengguna yang lebih kohesif dan memperkuat loyalitas pelanggan.
• Dominasi Pasar: Merger ini memungkinkan GoTo untuk menguasai sebagian besar pasar digital di Indonesia, meningkatkan daya saing mereka terhadap pesaing regional seperti Grab dan Shopee.
• Skalabilitas dan Inovasi: Dengan gabungan sumber daya dan teknologi, GoTo dapat lebih mudah mengembangkan inovasi baru dan memperluas layanannya ke seluruh Asia Tenggara.
  

Setelah merger, langkah selanjutnya yang dinantikan oleh pasar adalah pencatatan saham GoTo di Bursa Efek Indonesia (BEI).Pencatatan saham ini, atau Initial Public Offering (IPO), adalah salah satu yang paling dinantikan di Indonesia, mengingat besarnya skala dan pengaruh GoTo di pasar digital.

Persiapan Menuju IPO

Proses IPO GoTo melibatkan beberapa langkah penting:

• Penilaian Perusahaan: GoTo melakukan berbagai putaran pendanaan sebelum IPO untuk memperkuat neraca keuangan dan menilai valuasi perusahaan. Penilaian ini melibatkan partisipasi dari investor besar, seperti Alibaba, Google, dan Temasek, yang memberikan kepercayaan lebih pada potensi pertumbuhan GoTo.
• Penunjukan Underwriter: GoTo menunjuk sejumlah bank investasi ternama sebagai underwriter untuk memfasilitasi proses IPO. Mereka bertugas menilai valuasi saham, mengatur proses penawaran, dan memastikan suksesnya pencatatan saham di BEI.
• Penguatan Bisnis: Sebelum melangkah ke pasar modal, GoTo fokus pada penguatan bisnis inti, meningkatkan jumlah pengguna aktif, memperluas layanan, dan mencapai tingkat profitabilitas yang lebih baik.

Mengapa IPO GoTo Menjadi Perhatian Besar?

IPO GoTo menjadi sorotan utama di pasar modal Indonesia karena beberapa alasan:

• Valuasi Tinggi: Dengan valuasi yang diperkirakan mencapai miliaran dolar, IPO GoTo akan menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah BEI. Ini tidak hanya akan menarik minat investor lokal tetapi juga global.
• Potensi Pertumbuhan: GoTo memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di masa depan, terutama dengan posisinya sebagai pemimpin di pasar digital Indonesia yang berkembang pesat.
• Dampak pada Ekosistem Startup: Kesuksesan IPO GoTo diharapkan akan memberikan dorongan positif bagi ekosistem startup di Indonesia, membuka jalan bagi lebih banyak perusahaan teknologi untuk go public.

Setelah melalui proses yang panjang, GoTo akhirnya mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 11 April 2022. IPO ini menjadi salah satu pencatatan saham terbesar dalam sejarah Indonesia, dengan GoTo berhasil mengumpulkan dana sekitar 1,1 miliar dolar AS.

Dampak IPO GoTo pada Pasar Saham Indonesia

IPO GoTo memberikan dampak signifikan pada pasar modal Indonesia:

• Likuiditas dan Partisipasi Investor: Pencatatan saham GoTo meningkatkan likuiditas di BEI dan menarik lebih banyak partisipasi dari investor individu maupun institusional. Hal ini juga menambah diversifikasi sektor teknologi di BEI, yang sebelumnya didominasi oleh sektor perbankan dan komoditas.
• Sentimen Pasar yang Positif: IPO GoTo menciptakan sentimen positif di pasar, meningkatkan kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Ini juga memberikan dorongan bagi perusahaan teknologi lain di Indonesia untuk mempertimbangkan pencatatan saham mereka sendiri.
• Peningkatan Kelas Investasi: Dengan pencatatan saham GoTo, BEI semakin diakui sebagai bursa saham yang mampu menarik perusahaan teknologi besar. Ini membuka peluang bagi BEI untuk menarik lebih banyak perusahaan teknologi dari Indonesia dan Asia Tenggara di masa depan.
  

Meskipun IPO GoTo sukses, perusahaan ini masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan mereka:

• Persaingan yang Ketat: GoTo harus terus bersaing dengan platform regional lainnya, seperti Grab dan Shopee, yang juga memiliki ekosistem kuat dan dukungan finansial yang besar.
• Profitabilitas Jangka Panjang: Seperti banyak perusahaan teknologi, GoTo perlu membuktikan bahwa mereka dapat mencapai profitabilitas jangka panjang, terutama di tengah persaingan ketat dan tuntutan investor.
• Regulasi dan Kebijakan Pemerintah: GoTo harus beroperasi dalam kerangka regulasi yang terus berkembang, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain tempat mereka beroperasi. Perubahan regulasi atau kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi operasi dan strategi pertumbuhan perusahaan.
  

Sejarah perjalanan saham GoTo menuju Bursa Efek Indonesia adalah cerminan dari transformasi besar yang terjadi dalam ekosistem teknologi Indonesia. Dari penggabungan dua unicorn terbesar, Gojek dan Tokopedia, hingga pencatatan saham di BEI, GoTo telah menjadi simbol kebangkitan ekonomi digital Indonesia.

Bagi investor, memahami perjalanan GoTo dan prospek masa depannya adalah kunci untuk membuat keputusan investasi yang bijak. Dengan potensi pertumbuhan yang besar dan posisi dominan di pasar, GoTo menawarkan peluang menarik bagi investor yang ingin berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Namun, seperti halnya investasi lainnya, penting untuk mempertimbangkan risiko yang ada dan melakukan penelitian menyeluruh sebelum mengambil keputusan.