Cara Analisa Saham dari EBITDA yang Jarang Diketahui Investor Pemula

Cara Analisa Saham dari EBITDA yang Jarang Diketahui Investor Pemula

Share

Bagi investor pemula, memahami cara menganalisis saham adalah langkah penting untuk membuat keputusan investasi yang cerdas. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization). Meskipun tidak banyak dibahas, EBITDA memberikan gambaran yang jelas tentang profitabilitas operasional perusahaan tanpa dipengaruhi oleh biaya bunga, pajak, atau depresiasi. Dalam artikel ini, kami akan mengulas cara analisa saham menggunakan EBITDA, serta mengungkapkan hal-hal yang sering kali tidak diketahui oleh investor pemula dalam menggunakan indikator ini.

Apa Itu EBITDA?

EBITDA adalah singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization. Dalam bahasa Indonesia, EBITDA bisa diartikan sebagai Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi. EBITDA adalah indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan tanpa memperhitungkan biaya non-operasional. Tujuannya adalah memberikan gambaran murni dari potensi laba yang dihasilkan perusahaan dari kegiatan operasionalnya.

Secara sederhana, EBITDA bisa membantu investor untuk melihat apakah perusahaan mampu menghasilkan keuntungan secara konsisten tanpa tergantung pada struktur modalnya, pajak, maupun beban depresiasi/amortisasi. Hal ini menjadi sangat penting karena investor dapat melihat kekuatan inti bisnis dan menilai bagaimana performa operasional perusahaan sebenarnya.

Mengapa EBITDA Penting dalam Analisa Saham?

Banyak investor menggunakan EBITDA sebagai alat bantu dalam analisa saham karena berbagai alasan berikut:

1. Memudahkan Perbandingan Antar Perusahaan. EBITDA mempermudah investor membandingkan performa operasional antar perusahaan dalam industri yang sama. Hal ini karena EBITDA mengabaikan aspek-aspek yang bisa sangat bervariasi antar perusahaan, seperti pajak, bunga, dan depresiasi.

2. Menghilangkan Beban Non-Operasional. EBITDA fokus pada pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas inti perusahaan, sehingga menunjukkan kekuatan dasar perusahaan dalam menghasilkan laba. Ini membuat analisis menjadi lebih relevan terutama ketika ingin mengevaluasi stabilitas dan potensi jangka panjang suatu perusahaan.

3. Indikator Kas Perusahaan. Meskipun EBITDA bukanlah kas secara langsung, tetapi EBITDA dapat memberi gambaran kasar tentang seberapa besar kas yang bisa dihasilkan perusahaan dari kegiatan operasionalnya. Ini penting untuk investor yang ingin mengetahui apakah perusahaan memiliki sumber dana internal yang cukup untuk berkembang atau tidak.

4. Menggambarkan Potensi Pertumbuhan. Jika perusahaan memiliki EBITDA yang stabil atau tumbuh secara konsisten, ini bisa menjadi indikator bahwa bisnis memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Investor dapat menggunakannya sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan saham yang prospektif.

mengapa ebitda penting dalam analisa saham

Cara Menghitung EBITDA

EBITDA adalah salah satu indikator yang sering digunakan untuk menilai kinerja operasional suatu perusahaan. EBITDA mengukur keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas operasional sebelum memperhitungkan bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang profitabilitas inti perusahaan tanpa dipengaruhi oleh keputusan pembiayaan dan kebijakan akuntansi.

Berikut adalah cara menghitung EBITDA secara sederhana:

Rumus EBITDA

Langkah-langkah Menghitung EBITDA

1. Mulai dari Laba Bersih

Ambil laba bersih perusahaan yang tercatat di laporan laba rugi. Laba bersih adalah keuntungan yang dihasilkan setelah semua biaya dan pajak dikurangkan.

2. Tambahkan Biaya Bunga

Tambahkan kembali biaya bunga yang telah dikurangkan. Bunga adalah biaya yang harus dibayar perusahaan atas pinjaman atau utang.

3. Tambahkan Pajak

Tambahkan kembali pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan. Pajak ini bisa berupa pajak penghasilan atau pajak lainnya yang berhubungan dengan keuntungan perusahaan.

4. Tambahkan Depresiasi dan Amortisasi

Depresiasi adalah biaya yang terkait dengan penurunan nilai aset tetap, sementara amortisasi adalah biaya yang terkait dengan penurunan nilai aset tak berwujud seperti hak paten atau merek dagang. Kedua biaya ini adalah non-cash items, yang berarti tidak melibatkan arus kas keluar dan tidak berpengaruh langsung pada profitabilitas operasional.

EBITDA dan Rasio Keuangan

Dalam analisa saham, EBITDA bisa digabungkan dengan berbagai rasio keuangan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif. Beberapa rasio yang penting untuk diperhatikan adalah:
  1. EV/EBITDA – Rasio ini mengukur Enterprise Value (EV) atau nilai perusahaan dibandingkan dengan EBITDA. Semakin rendah rasio ini, semakin murah harga saham perusahaan tersebut relatif terhadap potensi laba operasionalnya. Ini bisa menjadi indikator saham undervalued.
  2. EBITDA Margin – EBITDA Margin dihitung dengan cara membagi EBITDA dengan total pendapatan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase keuntungan operasional dari pendapatan total, yang bisa mencerminkan efisiensi operasional perusahaan.
  3. Debt to EBITDA Ratio – Rasio ini digunakan untuk melihat apakah perusahaan memiliki utang yang terlalu tinggi relatif terhadap kemampuannya dalam menghasilkan laba operasional. Rasio yang tinggi bisa menunjukkan risiko keuangan yang lebih besar.

ebitda dan rasio keuangan

Bagaimana Menggunakan EBITDA dalam Memilih Saham

Untuk investor pemula, berikut adalah beberapa langkah praktis dalam menggunakan EBITDA dalam analisa saham:
  1. Cari Data EBITDA dari Laporan Keuangan. Perusahaan publik diwajibkan untuk menyediakan laporan keuangan setiap kuartal, yang bisa Anda temukan di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau di situs perusahaan tersebut. Dalam laporan ini, cari bagian laba bersih, pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi untuk menghitung EBITDA.
  2. Gunakan EV/EBITDA dan Bandingkan dengan Perusahaan Sejenis. Cari EV/EBITDA untuk melihat valuasi saham dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Jika EV/EBITDA perusahaan yang ingin Anda beli lebih rendah dari rata-rata industri, maka saham tersebut mungkin tergolong undervalued.
  3. Periksa Tren EBITDA. Lihat apakah EBITDA perusahaan cenderung meningkat atau menurun dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan EBITDA biasanya menandakan pertumbuhan bisnis yang sehat, sedangkan penurunan bisa jadi sinyal risiko.
  4. Perhatikan EBITDA Margin. EBITDA Margin yang stabil atau meningkat mencerminkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba operasional. Anda bisa menggunakan ini untuk mengevaluasi apakah perusahaan terus meningkatkan produktivitasnya.
  5. Gunakan EBITDA sebagai Tambahan, Bukan Satu-satunya Alat Analisa. EBITDA bukanlah satu-satunya metrik yang harus diperhatikan. Pastikan Anda juga melihat rasio lain seperti Price-to-Earnings (P/E), Price-to-Book (P/B), dan lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh.

Kesimpulan

EBITDA adalah salah satu indikator yang sangat berguna dalam analisa saham. Meskipun bukan tanpa kekurangan, EBITDA memberikan gambaran mengenai performa operasional perusahaan yang bisa dijadikan acuan untuk memilih saham. Investor pemula dapat memanfaatkan EBITDA untuk membandingkan saham antar perusahaan dalam industri yang sama, serta untuk mengevaluasi potensi jangka panjang dari perusahaan yang ingin diinvestasikan.

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.

Indovestory Portal Berita Forex Terkini

Indovestory merupakan portal berita yang memberikan informasi terkini dan edukasi seputar kegiatan perdagangan valas atau Trading Forex.

Kategori

ForexCryptoSaham

Hubungi Kami

Berlangganan Informasi Terbaru

Subscribe
Send Message

Get Latest news daily to your mail