Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Yen Jepang di Pasar Global
1. Perbedaan Suku Bunga dengan Negara Lain
Salah satu alasan utama kenapa JPY terus lemah adalah perbedaan suku bunga antara Jepang dan negara-negara besar lainnya, seperti Amerika Serikat. Bank of Japan (BoJ) telah lama mempertahankan kebijakan suku bunga rendah, bahkan negatif, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Sementara itu, Federal Reserve AS dan bank sentral lain justru menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi. Hal ini membuat dolar AS lebih menarik bagi investor global karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan yen Jepang. Akibatnya, permintaan untuk yen menurun, dan nilainya melemah.
2. Kebijakan Moneter Dovish Bank of Japan
Bank of Japan terkenal dengan kebijakan moneter yang "dovish" atau cenderung longgar. Mereka sering kali fokus pada mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran kuantitatif (QE) dan suku bunga rendah, meskipun ini berarti mengorbankan kekuatan nilai tukar yen.
Misalnya, dengan mempertahankan kebijakan ini, BoJ sengaja membuat yen lebih lemah untuk mendukung ekspor Jepang. Namun, kebijakan ini memiliki efek samping: nilai yen terus menurun, terutama di hadapan mata uang yang didukung oleh kebijakan "hawkish" atau lebih ketat seperti dolar AS.
3. Deflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Lambat di Jepang
Faktor lain yang sering diabaikan adalah kondisi ekonomi Jepang itu sendiri. Jepang telah menghadapi tantangan berupa pertumbuhan ekonomi yang stagnan selama bertahun-tahun. Tingkat inflasi yang rendah bahkan mendekati deflasi juga menjadi masalah.
Ketika ekonomi tidak tumbuh dengan cukup cepat, daya tarik yen sebagai mata uang investasi menurun. Investor lebih memilih untuk memindahkan dana mereka ke negara dengan ekonomi yang lebih dinamis dan prospek keuntungan lebih tinggi, sehingga menyebabkan yen melemah.
4. Ketergantungan pada Ekspor dan Dampaknya
Jepang sangat bergantung pada ekspor sebagai pendorong ekonomi. Ketika yen melemah, produk ekspor Jepang menjadi lebih kompetitif di pasar internasional karena harga yang lebih murah. Namun, pelemahan yen juga membawa tantangan, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada impor bahan baku.
Dengan yen yang lemah, biaya impor menjadi lebih mahal, sehingga meningkatkan biaya produksi. Jika perusahaan tidak mampu mengelola kenaikan ini, profitabilitas mereka akan tertekan, dan hal ini dapat memengaruhi sentimen pasar terhadap yen.
5. Geopolitik dan Sentimen Risiko Global
Geopolitik global juga memengaruhi nilai tukar yen. Dalam kondisi ketidakpastian global, yen sering kali dianggap sebagai mata uang safe haven. Namun, jika kondisi domestik Jepang tidak mendukung, daya tarik yen sebagai safe haven berkurang.
Sebagai contoh, ketika pasar lebih memilih dolar AS atau emas sebagai aset safe haven, yen Jepang kehilangan posisinya, sehingga nilainya terus menurun.