Doom Spending, Tren Konsumsi Impulsif di Kalangan Gen Z dan Milenial

Doom Spending, Tren Konsumsi Impulsif di Kalangan Gen Z dan Milenial

Share

Fenomena doom spending semakin sering diperbincangkan, khususnya di kalangan Gen Z dan Milenial. Istilah ini menggambarkan perilaku konsumtif yang berlebihan, yang seringkali dipicu oleh tekanan emosional, ketidakpastian ekonomi, atau sekadar dorongan impulsif. Era digital yang serba cepat turut memperparah tren ini, di mana doom spending kerap dijadikan pelarian sementara dari stres dan kecemasan. Meski begitu, dampaknya terhadap kesehatan mental dan finansial tidak bisa dianggap remeh. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang doom spending, mulai dari definisi, faktor pemicu, hingga cara mengatasinya, agar pembaca dapat memahami fenomena ini secara lebih komprehensif.

Definisi Doom Spending

Doom spending adalah perilaku konsumsi impulsif yang sering terjadi dalam kondisi emosional yang tidak stabil. Istilah ini mengacu pada kebiasaan membeli barang atau jasa yang sebenarnya tidak diperlukan sebagai bentuk kompensasi atas perasaan negatif. Misalnya, seseorang yang merasa stres karena pekerjaan atau kehidupan pribadi mungkin menghabiskan uang untuk belanja daring sebagai cara untuk merasa lebih baik. Fenomena ini semakin marak di kalangan Gen Z dan Milenial, yang kerap dipengaruhi oleh tren di media sosial, iklan digital, dan gaya hidup modern. Dalam banyak kasus, perilaku ini bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah psikologis yang kompleks.

Faktor Pemicu Doom Spending

  1. Tekanan Media Sosial. Media sosial memainkan peran besar dalam memicu perilaku doom spending. Platform seperti Instagram dan TikTok sering menampilkan gaya hidup mewah dan barang-barang yang menarik perhatian, yang dapat mendorong individu untuk mengikuti tren demi mendapat pengakuan sosial. Fenomena ini dikenal dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO). Ketika individu merasa tertinggal atau tidak mampu mengikuti gaya hidup yang ditampilkan di media sosial, mereka cenderung melakukan pembelian impulsif untuk "menyamakan" diri dengan orang lain.
  2. Stres dan Kecemasan. Gen Z dan Milenial hidup di era yang penuh tantangan, mulai dari tekanan akademis, ketidakpastian karier, hingga masalah global seperti perubahan iklim. Dalam kondisi stres, belanja sering menjadi pelarian cepat untuk sementara waktu mengurangi beban pikiran. Namun, solusi sementara ini sering kali menyebabkan masalah jangka panjang, termasuk stres finansial dan penyesalan belanja.
  3. Kemudahan Berbelanja Online. Kemajuan teknologi mempermudah proses belanja dengan hanya beberapa klik saja. Adanya promosi besar-besaran seperti flash sale dan diskon bulanan di e-commerce juga menjadi pemicu perilaku konsumtif. Selain itu, fitur seperti wishlist dan notifikasi diskon menciptakan godaan yang sulit dihindari oleh banyak individu.
  4. Kurangnya Literasi Keuangan. Banyak individu muda yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang literasi keuangan. Mereka cenderung mengabaikan pentingnya menabung atau investasi demi kebutuhan jangka panjang. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada kepuasan instan yang ditawarkan oleh perilaku belanja impulsif.

faktor pemicu doom spending

Dampak Negatif Doom Spending

  1. Kesehatan Finansial. Dampak paling nyata dari doom spending adalah kerugian finansial. Pengeluaran yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kesulitan keuangan, seperti utang kartu kredit yang menumpuk atau tidak adanya dana darurat. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat menghambat pencapaian tujuan keuangan, seperti membeli rumah atau mempersiapkan dana pensiun.
  2. Kesehatan Mental. Alih-alih menyelesaikan masalah emosional, doom spending justru dapat memperburuk kondisi psikologis. Perasaan bersalah setelah berbelanja berlebihan dapat memicu stres tambahan dan menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan. Perasaan ini sering kali diperburuk oleh tekanan sosial untuk tetap tampil "sempurna" di media sosial.
  3. Hubungan Sosial. Perilaku konsumtif yang tidak sehat juga dapat memengaruhi hubungan interpersonal. Individu yang terlalu fokus pada belanja mungkin mengabaikan aspek lain dalam hidupnya, seperti keluarga atau teman. Selain itu, konflik dalam hubungan sering kali muncul ketika masalah keuangan menjadi isu utama.

dampak negatif doom spending

Strategi Mengatasi Doom Spending

  1. Meningkatkan Kesadaran Finansial. Langkah pertama untuk mengatasi doom spending adalah memahami pentingnya pengelolaan keuangan. Membuat anggaran bulanan dan melacak pengeluaran dapat membantu individu mengontrol kebiasaan belanja mereka. Dalam hal ini, transparansi terhadap pengeluaran menjadi kunci.
  2. Prioritaskan Kebutuhan, Bukan Keinginan. Cobalah untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan impulsif. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
  3. Menghindari Godaan Promosi. E-commerce sering memanfaatkan taktik pemasaran agresif, seperti countdown timer atau penawaran terbatas. Sebisa mungkin, hindari membuka aplikasi belanja ketika tidak ada kebutuhan yang mendesak. Selain itu, batasi penggunaan kartu kredit untuk transaksi sehari-hari.
  4. Cari Alternatif Penghilang Stres. Daripada berbelanja, temukan cara lain untuk mengurangi stres, seperti olahraga, meditasi, atau berbicara dengan teman dekat. Aktivitas ini dapat membantu mengatasi masalah emosional tanpa merusak kondisi finansial. Selain itu, mendalami hobi baru juga dapat menjadi cara efektif untuk mengalihkan perhatian dari belanja.

strategi mengatasi doom spending

Peran Teknologi dan Keluarga dalam Mengatasi Doom Spending

  1. Aplikasi Pengelola Keuangan. Teknologi dapat menjadi sekutu dalam mengatasi doom spending. Aplikasi seperti Mint, PocketGuard, atau aplikasi lokal seperti Jenius dan Money Lover dapat membantu melacak pengeluaran, membuat anggaran, dan memberikan pengingat untuk menabung. Fitur analitik dari aplikasi ini juga memungkinkan pengguna untuk melihat pola pengeluaran mereka secara lebih jelas.
  2. Edukasi dari Keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk kebiasaan keuangan yang sehat. Orang tua dapat mengajarkan literasi keuangan sejak dini, seperti pentingnya menabung, membuat anggaran, dan memahami nilai uang. Selain itu, diskusi terbuka tentang keuangan keluarga dapat menciptakan budaya transparansi yang mendukung pengelolaan keuangan yang lebih baik.
  3. Komunitas dan Dukungan Sosial. Bergabung dengan komunitas yang fokus pada pengelolaan keuangan dapat memberikan motivasi dan inspirasi. Diskusi dengan orang-orang yang memiliki tujuan finansial serupa dapat membantu individu menghindari godaan konsumtif. Selain itu, komunitas ini sering kali memberikan tips dan strategi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Doom spending adalah fenomena yang semakin marak di kalangan Gen Z dan Milenial, dipicu oleh tekanan sosial, stres, dan kemudahan berbelanja online. Perilaku ini tidak hanya merugikan kesehatan finansial, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan sosial. Untuk mengatasi doom spending, diperlukan kesadaran finansial, pengendalian diri, dan dukungan dari teknologi serta keluarga. Dengan langkah-langkah yang tepat, generasi muda dapat mengubah kebiasaan belanja impulsif menjadi perilaku konsumsi yang lebih sehat dan bertanggung jawab. Dengan demikian, memahami dan menghadapi doom spending bukan hanya tentang mengelola keuangan, tetapi juga tentang menciptakan keseimbangan hidup yang lebih baik. Mari jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran untuk membangun masa depan yang lebih

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.

Indovestory Portal Berita Forex Terkini

Indovestory merupakan portal berita yang memberikan informasi terkini dan edukasi seputar kegiatan perdagangan valas atau Trading Forex.

Kategori

ForexCryptoSaham

Hubungi Kami

Berlangganan Informasi Terbaru

Subscribe
Send Message

Get Latest news daily to your mail