"Sell the News" di Tengah Volatilitas Pasar, Ini Strateginya

"Sell the News" di Tengah Volatilitas Pasar, Ini Strateginya

Share

Belakangan ini, volatilitas pasar semakin meningkat dengan pergerakan harga yang sulit diprediksi dan cenderung choppy. Selain faktor makroekonomi dan kebijakan tarif yang diterapkan oleh Donald Trump, fenomena "Sell the News" sering terjadi, di mana harga aset justru turun setelah berita positif dirilis. Fenomena ini sering kali membingungkan investor dan trader, terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan dampak volatilitas pasar.

Dalam kondisi seperti ini, memahami strategi yang tepat untuk menghadapi volatilitas pasar menjadi sangat penting. Artikel ini akan membahas beberapa langkah yang dapat diambil agar trader dan investor dapat mengelola risiko trading, menjaga keseimbangan portofolio, dan mengambil keputusan yang lebih bijak dalam berinvestasi atau trading.

Apa Itu "Sell the News" dan Bagaimana Cara Kerjanya?

"Sell the News" adalah fenomena di mana harga aset mengalami penurunan setelah munculnya berita pasar positif. Hal ini terjadi karena pelaku pasar sering kali telah mengantisipasi berita tersebut jauh sebelum pengumuman resmi. Ketika berita benar-benar dirilis, trader dan investor cenderung mengambil keuntungan dengan menjual aset mereka.

Fenomena ini sering terjadi dalam berbagai instrumen keuangan, termasuk saham, mata uang kripto, dan komoditas. Misalnya, ketika sebuah perusahaan melaporkan kinerja keuangan yang baik, tetapi harga sahamnya justru turun karena para investor ritel sudah memperkirakan hasil tersebut dan melakukan aksi jual setelah berita diumumkan. Hal yang sama dapat terjadi dalam kasus laporan ekonomi atau kebijakan pemerintah yang telah diantisipasi oleh pasar.

Faktor-Faktor yang Memicu Volatilitas Pasar Saat Berita Keluar

Beberapa faktor utama yang memicu volatilitas pasar setelah rilis berita meliputi:
  1. Ekspektasi vs. Realitas – Jika berita yang dirilis tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, volatilitas akan meningkat karena trader dan investor menyesuaikan kembali strategi mereka.
  2. Reaksi Berlebihan dari Pelaku Pasar – Banyak investor yang bereaksi berlebihan terhadap berita, baik dengan membeli dalam euforia pasar atau menjual dalam kepanikan pasar.
  3. Likuiditas Pasar – Dalam kondisi pasar yang kurang likuid, pergerakan harga cenderung lebih tajam setelah berita besar dirilis.
  4. Kebijakan Bank Sentral dan Pemerintah – Keputusan terkait suku bunga, stimulus ekonomi, atau kebijakan fiskal sering kali memicu volatilitas tinggi.
  5. Sentimen Global – Berita dari pasar global, seperti ketegangan geopolitik atau data ekonomi utama dari negara besar, juga dapat memengaruhi pergerakan harga secara signifikan.

faktor faktor yang memicu volatilitas pasar saat berita keluar

1. Kurangi Leverage Trading di Tengah Volatilitas Pasar

Dalam kondisi volatilitas pasar yang tinggi, penggunaan leverage bisa menjadi pedang bermata dua. Leverage trading memungkinkan trader untuk memperbesar potensi keuntungan, tetapi di sisi lain, juga meningkatkan risiko kerugian secara signifikan. Trader pemula sering kali mengalami kerugian besar karena pergerakan harga yang tidak terduga atau false moves.

Banyak trader yang terjebak dalam strategi "top blasting", yaitu membuka posisi beli dengan leverage tinggi ketika harga mengalami kenaikan signifikan. Namun, dalam pasar yang sangat fluktuatif, strategi ini sering kali berujung pada kerugian karena harga berbalik arah secara tiba-tiba. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini, lebih bijak untuk mengurangi penggunaan leverage atau bahkan menghindarinya sama sekali demi menjaga keamanan portofolio trading.

2. Prioritaskan Spot Trading dan Kurangi Aktivitas Berlebihan

Ketika volatilitas pasar sedang tinggi, mengandalkan spot trading bisa menjadi strategi yang lebih aman dan stabil. Spot trading mengacu pada pembelian aset tanpa menggunakan leverage, sehingga risiko likuidasi dapat diminimalkan. Jika Anda memiliki strategi investasi jangka panjang, lebih baik tetap berpegang pada portofolio spot daripada terlalu sering melakukan transaksi yang berisiko tinggi.

Selain itu, terlalu sering melakukan trading harian dalam kondisi pasar yang tidak stabil dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan fokus dalam kehidupan sehari-hari. Fluktuasi harga yang ekstrem bisa menyebabkan stres dan emosi yang tidak terkontrol, yang pada akhirnya dapat mengganggu pekerjaan utama dan aktivitas lain di dunia nyata.

prioritaskan spot trading dan kurangi aktivitas berlebihan

3. Tunggu Retracement Sebelum Masuk Posisi

Dalam menghadapi volatilitas pasar, kesabaran adalah kunci utama. Banyak trader yang tidak sabar dan langsung masuk ke pasar finansial saat harga naik secara agresif. Padahal, dalam kondisi seperti ini, lebih bijak untuk menunggu retracement atau koreksi harga sebelum mengambil posisi.

Retracement adalah kondisi di mana harga mengalami koreksi pasar sebelum kembali ke tren utama. Dalam analisis teknikal, retracement sering kali terjadi di sekitar level support, moving average, atau zona Fibonacci yang signifikan. Dengan menunggu retracement, trader dapat masuk di harga yang lebih ideal dan mengurangi risiko terkena koreksi mendadak yang bisa menyebabkan kerugian besar.

4. Selalu Siapkan Likuiditas atau Cash Cadangan

Ketidakpastian yang tinggi dalam volatilitas pasar menuntut adanya strategi mitigasi risiko. Salah satu cara terbaik adalah selalu memiliki cadangan likuiditas atau cash on the sideline. Jika pasar modal bergerak di luar skenario yang diharapkan, dana cadangan ini bisa digunakan untuk membeli aset investasi di harga lebih rendah atau sekadar bertahan tanpa harus menjual aset dalam kondisi rugi.

Sebaiknya alokasikan setidaknya 30% dari portofolio dalam bentuk cash cadangan untuk menghadapi situasi yang tidak menentu. Dengan memiliki dana likuid, Anda akan memiliki fleksibilitas lebih dalam mengambil keputusan dan tidak perlu terburu-buru dalam menjual aset kripto atau saham saat harga sedang turun.

selalu siapkan likuiditas atau cash cadangan

5. Manajemen Risiko yang Baik Adalah Kunci

Selain strategi-strategi di atas, memiliki manajemen risiko yang baik sangat penting dalam menghadapi volatilitas pasar. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola risiko dengan lebih baik:
  • Gunakan Stop Loss: Menentukan level stop loss yang tepat dapat membantu mengurangi potensi kerugian jika harga bergerak di luar ekspektasi.
  • Diversifikasi Portofolio: Jangan hanya berinvestasi pada satu aset keuangan saja. Diversifikasi investasi dapat membantu mengurangi risiko jika satu aset mengalami penurunan harga.
  • Jangan Terbawa Emosi: Volatilitas pasar sering kali menyebabkan trader bertindak berdasarkan emosi, seperti FOMO (Fear of Missing Out) atau panic selling.
  • Perhatikan Sentimen Pasar: Analisis sentimen pasar bisa memberikan gambaran tentang bagaimana mayoritas pelaku pasar bereaksi terhadap berita dan peristiwa ekonomi terkini.

Kesimpulan

Menghadapi volatilitas pasar yang tinggi dan fenomena "Sell the News" membutuhkan strategi trading yang matang. Dengan pendekatan yang lebih disiplin dan strategi yang tepat, trader dan investor dapat mengelola risiko dengan lebih baik serta tetap tenang dalam kondisi pasar yang tidak stabil.

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.

Indovestory Portal Berita Forex Terkini

Indovestory merupakan portal berita yang memberikan informasi terkini dan edukasi seputar kegiatan perdagangan valas atau Trading Forex.

Hubungi Kami

Berlangganan Informasi Terbaru

Subscribe
Send Message

Get Latest news daily to your mail