Ketegangan Tarif AS-China Memuncak, Nilai Dolar Melemah Lagi

Ketegangan Tarif AS-China Memuncak, Nilai Dolar Melemah Lagi

Share

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, memberikan tekanan signifikan terhadap nilai tukar Dolar AS. Meskipun Presiden AS Donald Trump sempat menangguhkan implementasi tarif timbal balik selama 90 hari, keputusan tersebut tidak cukup menenangkan pasar global. Justru, konflik perdagangan ini menambah kekhawatiran pelaku pasar mengenai dampak perang dagang terhadap dolar dalam jangka menengah hingga panjang.

Di awal minggu ini, pengumuman penangguhan tarif sempat mendorong reli indeks saham AS. Namun, kegembiraan tersebut hanya berlangsung sesaat. Tak lama setelah itu, Trump menyatakan akan menaikkan tarif terhadap barang-barang impor asal China hingga 125%. Pernyataan ini langsung memicu kekhawatiran baru di pasar mata uang, khususnya terhadap prospek stabilitas Dolar AS.

Indeks Dolar AS Melemah, Safe Haven Menguat

Sebagai respon terhadap eskalasi tarif, Indeks Dolar AS (DXY) kembali melandai ke kisaran 102.50 pada sesi perdagangan Asia, Kamis (10 April). Dolar AS memang sempat menguat terhadap mata uang berisiko tinggi seperti Dolar Australia dan Dolar New Zealand. Namun terhadap aset safe haven seperti Yen Jepang dan Franc Swiss, Greenback terus berada di bawah tekanan.

Fenomena ini mencerminkan bahwa pasar global semakin cemas terhadap masa depan ekonomi dunia. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman, seperti Yen Jepang atau Franc Swiss. Di sisi lain, Dolar AS yang selama ini dianggap kuat justru mengalami pelemahan akibat kebijakan pemerintah yang dianggap tidak konsisten. Kondisi ini memperlihatkan secara nyata bagaimana dampak perang dagang terhadap dolar AS begitu signifikan dalam mempengaruhi pergerakan pasar.

Para analis menyatakan bahwa gejolak pasar global ini sangat erat kaitannya dengan dampak perang dagang terhadap dolar, karena ketidakpastian perdagangan sering kali menggerus kepercayaan investor terhadap kebijakan ekonomi AS.

indeks dolar as melemah safe haven menguat

Tiga Pemicu Utama Melemahnya Dolar AS

1. Penangguhan Tarif yang Tidak Total

Meskipun Trump menangguhkan tarif resiprokal, Amerika Serikat masih memberlakukan tarif dasar sebesar 10% terhadap semua barang impor. Selain itu, produk strategis seperti baja dan aluminium tetap dikenai tarif tinggi. Langkah ini memancing Uni Eropa untuk merespons dengan pemberlakuan tarif balasan secara bertahap mulai minggu depan.

Penangguhan yang bersifat parsial ini justru membuat situasi menjadi tidak pasti. Pelaku usaha tidak memiliki kepastian kebijakan, sehingga memperlambat ekspansi bisnis dan membuat investor enggan mengambil risiko dengan memegang Dolar AS. Inilah bentuk lain dari dampak perang dagang terhadap dolar yang merusak iklim investasi jangka pendek maupun panjang.

2. Eskalasi Tarif dengan China

Dalam waktu singkat setelah pengumuman penangguhan, Trump kembali meningkatkan total tarif terhadap barang asal China hingga 125%, sebagai tanggapan atas kebijakan Beijing yang menaikkan tarif terhadap produk asal AS sebesar 84%. Langkah ini menunjukkan bahwa negosiasi dagang yang diharapkan banyak pihak tampaknya belum menunjukkan arah yang positif.

Dampak perang dagang terhadap dolar pun makin terasa karena ketegangan semacam ini meningkatkan kemungkinan resesi global. Analis dari BCA Research menyebut kebijakan ini sebagai "deklarasi perang ekonomi" oleh AS terhadap China, dan memprediksi bahwa China kemungkinan akan membiarkan mata uang Yuan melemah secara signifikan sebagai bentuk balasan. Ini akan memperbesar volatilitas nilai tukar dan menambah tekanan terhadap indeks dolar global.

eskalasi tarif dengan china
3. Kehilangan Kredibilitas Internasional

Kebijakan ekonomi yang berubah-ubah dan terkesan reaktif membuat AS dinilai kehilangan kredibilitas sebagai pemimpin ekonomi global. Trump sendiri menyatakan bahwa tekanan pasar dan potensi resesi menjadi alasan mengapa ia menangguhkan sebagian tarif yang sudah diumumkan. Hal ini membuat investor internasional semakin ragu terhadap stabilitas ekonomi AS ke depan. Menurut analis ANZ, nilai tukar Dolar AS yang saat ini berada di posisi kuat terhadap banyak mata uang mulai tampak tidak sepadan dengan kondisi fundamentalnya. Ketika reputasi internasional terganggu, mata uang suatu negara cenderung kehilangan daya tariknya di mata investor global. Ini menunjukkan pengaruh perang dagang terhadap nilai tukar dolar dalam dimensi kepercayaan pasar.

Ketidakpastian Politik dan Ekonomi AS Menekan Kepercayaan Investor

Kyle Rodda dari Capital.com menjelaskan bahwa Presiden AS mulai terlihat mengalah di tengah tekanan politik domestik, ancaman resesi, dan kekhawatiran pasar keuangan global. Rodda menilai bahwa "dampak perang dagang terhadap dolar kini tidak lagi bersifat jangka pendek." Menurutnya, kerusakan terhadap kepercayaan pasar telah terjadi dan akan memerlukan waktu lama untuk dipulihkan.

Rodda juga menambahkan bahwa sekalipun kesepakatan dagang akhirnya tercapai, kepercayaan investor terhadap Dolar AS sudah telanjur terguncang. Efek jangka panjang dari kebijakan perdagangan yang tidak konsisten dapat menghambat pemulihan ekonomi dan memperlemah posisi Dolar di pasar global. Dalam konteks ini, dampak kebijakan tarif terhadap dolar AS menjadi faktor penting yang terus dipantau oleh analis global.

kehilangan kredibilitas internasional

Dampak Lebih Luas: Risiko terhadap Ekonomi Global

Ketegangan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia ini tidak hanya berdampak pada nilai tukar Dolar AS, tetapi juga mengguncang pasar saham, komoditas, dan rantai pasokan global. Banyak perusahaan multinasional mulai meninjau ulang strategi produksi dan distribusi mereka demi mengantisipasi kebijakan tarif yang berubah-ubah.

Jika ketegangan ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin perekonomian dunia akan kembali ke era proteksionisme yang memperlambat pertumbuhan. Dalam skenario terburuk, negara-negara lain juga akan mengikuti jejak AS dan China dalam memberlakukan kebijakan dagang yang lebih agresif, sehingga memperbesar risiko krisis global. Hal ini bisa memperburuk pengaruh perang dagang terhadap dolar AS dan kestabilan sistem keuangan dunia.

Kesimpulan

Dampak perang dagang terhadap dolar kini semakin jelas terlihat di tengah memanasnya hubungan antara AS dan China. Ketidakpastian kebijakan, eskalasi tarif, serta erosi kredibilitas global AS telah menciptakan tekanan besar terhadap Greenback. Dengan potensi balasan dari China dan negara mitra lainnya, volatilitas pasar tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat.

Dalam kondisi seperti ini, para investor disarankan untuk berhati-hati dan memantau perkembangan kebijakan ekonomi global dengan cermat. Sementara itu, pelaku pasar cenderung mengalihkan investasi ke aset-aset safe haven sebagai langkah protektif terhadap ketidakstabilan nilai tukar Dolar.

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.

Indovestory Portal Berita Forex Terkini

Indovestory merupakan portal berita yang memberikan informasi terkini dan edukasi seputar kegiatan perdagangan valas atau Trading Forex.

Hubungi Kami

Berlangganan Informasi Terbaru

Subscribe
Send Message

Get Latest news daily to your mail