Dolar AS Melemah Setelah Negosiasi AS-China, Dipicu Oleh Inflasi

Dolar AS Melemah Setelah Negosiasi AS-China, Dipicu Oleh Inflasi

Share

Hasil negosiasi AS-China membawa dampak signifikan terhadap nilai tukar Dolar AS. Sebelumnya, negosiasi tersebut sempat mendorong Indeks Dolar AS (DXY) menguat hingga mencapai angka 99.22. Namun, kenaikan tersebut tidak bertahan lama, dan Dolar AS segera mengalami penurunan yang tajam hingga menyentuh level 98.58. Pelemahan ini terjadi karena meningkatnya kekhawatiran pasar mengenai inflasi di Amerika Serikat pada awal sesi perdagangan New York.

Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Meskipun pasar merespon positif terhadap negosiasi perdagangan antara AS dan China, data inflasi yang dipublikasikan segera setelahnya menunjukkan tanda-tanda bahwa inflasi masih menjadi ancaman bagi perekonomian AS. Hal ini berdampak langsung pada sentimen pasar, menyebabkan Dolar AS tergelincir.

Negosiasi AS-China: Kompromi yang Dicapai

Negosiasi antara AS dan China, yang berlangsung di London, pada bulan Juni 2025, berjalan relatif harmonis. Kedua belah pihak berhasil mencapai beberapa kesepakatan penting. Di antaranya, kesepakatan untuk melaksanakan kerangka kesepakatan yang telah tercapai di Jenewa pada bulan sebelumnya. Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari upaya untuk meredakan ketegangan perdagangan yang terjadi antara kedua negara besar dunia ini.

Salah satu poin penting dalam negosiasi ini adalah kesiapan delegasi Beijing untuk membuka kembali ekspor magnet dan mineral tanah jarang. Ini adalah langkah yang sangat signifikan mengingat mineral tanah jarang adalah sumber daya yang sangat penting bagi teknologi tinggi yang digunakan di seluruh dunia, termasuk di industri teknologi informasi dan energi terbarukan.

Di sisi lain, delegasi Amerika Serikat bersedia untuk mencabut larangan ekspor sejumlah teknologi penting seperti chip, yang sebelumnya dibatasi, serta memberikan izin bagi pelajar China untuk melanjutkan studi mereka di Amerika Serikat. Ini merupakan gestur diplomatik yang signifikan, mengingat hubungan antara kedua negara sempat tegang terkait masalah pendidikan dan teknologi.

negosiasi as china_ kompromi yang dicapai

Penerapan Tarif dan Dampaknya pada Inflasi

Namun, tidak semua perjanjian yang dicapai di meja negosiasi dapat dilihat sebagai langkah yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Salah satu hal yang dipertahankan dalam kesepakatan ini adalah penerapan tarif impor. Amerika Serikat akan tetap mengenakan tarif impor 55% untuk barang-barang asal China, yang meliputi tarif dasar 10%, tarif yang lebih tinggi terkait masalah fentanil sebesar 20%, serta tarif lama sebesar 25% untuk sejumlah barang.

Di sisi lain, China juga akan mengenakan tarif 10% untuk barang-barang asal AS. Meskipun hal ini memberikan rasa aman bagi pihak yang terlibat, tarif ini tetap berpotensi meningkatkan biaya barang yang diperdagangkan antara kedua negara, yang pada gilirannya dapat memperburuk tekanan inflasi global.

penerapan tarif dan dampaknya pada inflasi

Sentimen Pasar Positif, Namun Ada Keraguan

Setelah pengumuman tentang keberhasilan negosiasi AS-China, sentimen pasar global mengalami perbaikan. Banyak pelaku pasar yang menyambut positif hasil negosiasi ini, yang diharapkan dapat membawa ketenangan dalam hubungan perdagangan antara kedua negara besar ini. Pasar saham dunia pun merespon dengan kenaikan, karena pasar cenderung optimistis bahwa ketegangan perdagangan yang mengarah pada tarif yang tinggi akan mereda.

Namun, meskipun optimisme ini terlihat, sebagian besar pelaku pasar tetap meragukan kelanjutan implementasi dari kesepakatan ini. Banyak yang menilai bahwa meskipun pertemuan ini berjalan lancar, implementasinya akan sangat bergantung pada keputusan politik di kedua belah pihak. Seperti yang disebutkan oleh beberapa pengamat pasar, meskipun ada kesepakatan, tidak ada jaminan bahwa kesepakatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan harapan pasar. Pengalaman dari negosiasi perdagangan AS-China sebelumnya juga menunjukkan bahwa implementasi seringkali lebih sulit daripada pencapaian kesepakatan itu sendiri.

sentimen pasar positif namun ada keraguan

Pandangan Ahli Mengenai Implementasi Kesepakatan

John Praveen, Direktur Pelaksana di perusahaan investasi Paleo Leon, menyatakan bahwa meskipun skenario terburuk mungkin telah berlalu, masih ada ketidakpastian. "Dari sudut pandang AS, masalah mineral tanah jarang memang menjadi isu besar, namun yang lebih penting adalah apakah kesepakatan ini benar-benar akan dilaksanakan," ujarnya. Ia menambahkan bahwa pasar mungkin merasa lega dengan adanya kesepakatan, namun kekhawatiran tentang pelaksanaan kesepakatan ini tetap ada.

Selain itu, Jim Reid, ahli strategi makro di Deutsche Bank, memperingatkan bahwa meskipun sentimen pasar terlihat positif, investor mungkin akan tetap berhati-hati. "Selama negosiasi sebelumnya antara AS dan China pada 2018 dan 2019, pertemuan yang terlihat produktif justru berakhir mundur setelah kedua pihak kembali ke ibu kota mereka," katanya. Ini menunjukkan bahwa meskipun kesepakatan dicapai, ada kekhawatiran bahwa pengumuman besar atau hasil yang lebih signifikan bisa saja tertunda.

Dampak Inflasi terhadap Dolar AS

Salah satu isu terbesar yang harus dihadapi oleh ekonomi AS adalah inflasi. Dalam konteks ini, de-eskalasi ketegangan perdagangan antara AS dan China diharapkan dapat meredakan tekanan inflasi yang telah berlangsung lama. Dengan penurunan tarif impor, harga barang impor diharapkan bisa turun, yang akan meredakan inflasi. Penurunan inflasi akan memberikan ruang bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga, yang pada gilirannya dapat memperburuk posisi Dolar AS.

Namun, meskipun adanya harapan untuk meredakan inflasi, pelemahan Dolar AS tetap terjadi. Data inflasi konsumen AS yang baru saja dirilis menunjukkan bahwa inflasi umum dan inti hanya mengalami kenaikan sebesar 0.1% (m/m) pada bulan Mei 2025, jauh lebih rendah dari perkiraan konsensus yang mengharapkan kenaikan 0.2%. Akibatnya, laju inflasi tahunan tetap terjaga pada 2.4% secara umum dan 2.8% secara inti.

Kesimpulan

Pelemahan Dolar AS setelah hasil negosiasi AS-China menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam hubungan perdagangan kedua negara, masalah inflasi tetap menjadi perhatian utama bagi pasar global. Penurunan tarif impor diharapkan dapat meredakan tekanan inflasi, namun, dampaknya terhadap Dolar AS tetap menjadi perdebatan. Jika inflasi AS terus terjaga di level rendah, spekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga semakin menguat, yang bisa memberikan dampak bearish bagi Dolar AS.

Pelaku pasar akan terus memantau implementasi kesepakatan perdagangan AS-China serta perkembangan lebih lanjut terkait inflasi untuk menentukan arah pergerakan Dolar AS ke depannya. Seiring dengan ketidakpastian global yang masih ada, prospek Dolar AS akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana ekonomi AS mengatasi inflasi dan dampak dari kebijakan suku bunga The Fed.

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.

Indovestory Portal Berita Forex Terkini

Indovestory merupakan portal berita yang memberikan informasi terkini dan edukasi seputar kegiatan perdagangan valas atau Trading Forex.

Hubungi Kami

Berlangganan Informasi Terbaru

Subscribe
Send Message

Get Latest news daily to your mail