Bitcoin terus menarik perhatian dunia sebagai aset digital yang menjanjikan. Salah satu tokoh paling vokal dalam mendukung mata uang kripto ini adalah Michael Saylor, pendiri dan ketua eksekutif perusahaan teknologi Strategy. Saylor kembali mencuri perhatian publik setelah menyuarakan pendapatnya mengenai Bitcoin melalui platform media sosial X (sebelumnya Twitter), menyebutnya sebagai "emas digital" yang menjadi pelindung nilai baru di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Konsep Bitcoin sebagai "emas digital" bukan sekadar istilah yang populer di kalangan komunitas kripto. Sebaliknya, istilah ini memiliki dasar logis yang kuat. Sama seperti emas, Bitcoin memiliki suplai yang terbatas. Total pasokan Bitcoin hanya akan mencapai maksimal 21 juta koin, dan tidak akan pernah bertambah. Hal ini menjadikan Bitcoin langka secara digital, seperti halnya emas secara fisik.

Michael Saylor melihat hal ini sebagai keunggulan utama Bitcoin dibandingkan aset konvensional. Dalam pandangannya, Bitcoin menawarkan berbagai kelebihan yang membuatnya lebih unggul dari emas, seperti:

• Transparansi dan akuntabilitas: Transaksi Bitcoin tercatat di blockchain publik yang tidak bisa dimanipulasi.
• Ketahanan terhadap sensor: Tidak ada pemerintah atau lembaga yang bisa memblokir atau membekukan Bitcoin tanpa akses ke private key.
• Kemudahan pengiriman: Bitcoin dapat dikirim ke seluruh dunia hanya dalam hitungan menit, tanpa memerlukan lembaga perantara.
• Keamanan dan portabilitas: Tidak seperti emas yang berat dan membutuhkan penyimpanan khusus, Bitcoin bisa disimpan secara digital dengan keamanan tingkat tinggi.

Dalam unggahan terbarunya di media sosial X, Michael Saylor membagikan gambar hasil AI yang menggambarkan dirinya duduk di atas tumpukan emas batangan berlogo Bitcoin. Di belakangnya, terdapat bangunan besar bertuliskan "Bitcoin Fort Knox," merujuk pada tempat penyimpanan emas paling terkenal di Amerika Serikat.

Bangunan ini digambarkan sebagai "Cadangan Strategis Bitcoin" — sebuah simbol bahwa Bitcoin kini dipandang sebagai bagian dari kekuatan ekonomi nasional, sebanding dengan cadangan emas negara. Saylor tampaknya ingin menekankan bahwa Bitcoin tidak hanya sekadar aset digital spekulatif, tetapi sudah masuk ke ranah ekonomi makro dan geopolitik.

Namun, tidak semua berita tentang Bitcoin bernada positif. Kebijakan ekonomi terbaru dari Presiden Donald Trump membawa dampak besar bagi pasar finansial global. Dalam pernyataan kontroversialnya, Trump mengumumkan tarif perdagangan baru terhadap seluruh negara di dunia, kecuali Rusia dan Belarus. Hal ini menyebabkan gejolak hebat di pasar saham dan mata uang kripto.

Dalam dua hari, lebih dari $5 triliun nilai pasar saham AS lenyap, termasuk dampaknya terhadap harga Bitcoin. Bitcoin yang sempat berada di atas $80.000 akhirnya turun ke sekitar $74.700 sebelum pulih sekitar 8% ke level $78.000-an.

Trump juga mengeluarkan ultimatum kepada Tiongkok: jika Tiongkok tidak mencabut tarif terhadap barang buatan AS, maka Amerika akan menaikkan tarif barang impor dari Tiongkok hingga 50%. Ketegangan ini menambah tekanan terhadap pasar global.

Perusahaan Strategy, yang dipimpin oleh Saylor, diketahui memiliki lebih dari 500.000 BTC, menjadikannya salah satu institusi pemegang Bitcoin terbesar di dunia. Namun, berdasarkan dokumen yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), Strategy mengakui bahwa mereka dapat saja dipaksa menjual sebagian dari kepemilikan Bitcoin mereka.

Selama lebih dari empat tahun terakhir, Strategy telah menerbitkan saham untuk mengumpulkan dana demi membeli Bitcoin. Dana tersebut digunakan sebagai strategi lindung nilai jangka panjang terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang fiat. Namun, jika Strategy tidak memiliki dana tunai yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansial terhadap para investornya, maka mereka mungkin harus melikuidasi sebagian BTC.

Meski demikian, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa penjualan tersebut akan terjadi dalam waktu dekat. Perusahaan tetap menyatakan komitmennya untuk mempertahankan Bitcoin sebagai aset inti dalam portofolio mereka.

Banyak analis percaya bahwa Bitcoin semakin menunjukkan peran sebagai "safe haven" atau aset pelindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi. Sama seperti emas, Bitcoin sering kali justru naik ketika terjadi krisis global, inflasi tinggi, atau gejolak geopolitik.

Namun, Bitcoin menawarkan fleksibilitas yang jauh lebih tinggi dibanding emas. Misalnya:

• Bisa diperdagangkan 24/7 tanpa batas waktu pasar.
• Bisa digunakan dalam ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi).
• Bisa diakses oleh siapa saja, bahkan mereka yang tidak memiliki akses ke sistem perbankan tradisional.
  

Michael Saylor telah berulang kali menyatakan bahwa Bitcoin bukan hanya aset spekulatif, melainkan suatu bentuk "harta paling murni yang pernah dikenal manusia." Menurutnya, dunia sedang memasuki era baru di mana nilai akan didasarkan pada kode matematika, bukan otoritas negara.

Dengan kombinasi kelangkaan, desentralisasi, dan transparansi, Bitcoin memang layak disebut sebagai emas digital. Di tengah ketidakstabilan geopolitik dan ekonomi global, peran Bitcoin sebagai pelindung nilai semakin menonjol.

Michael Saylor tetap menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh yang menyuarakan keyakinan terhadap Bitcoin. Pandangannya bahwa Bitcoin adalah "emas digital" semakin relevan dan mendapat dukungan luas dari komunitas global.

Jika tren ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan Bitcoin akan menjadi standar nilai baru di dunia digital, menggantikan dominasi emas sebagai aset lindung nilai utama.

Dengan semakin banyak institusi dan individu yang mengadopsi Bitcoin, dunia tampaknya benar-benar sedang bergerak menuju masa depan di mana Bitcoin sebagai emas digital bukan lagi sekadar narasi, melainkan kenyataan yang tak terbantahkan.