Harga Minyak Brent Hari Ini Melemah Akibat Sentimen Politik dan Ketegangan Dagang
Harga Minyak Brent Hari Ini Melemah Akibat Sentimen Politik dan Ketegangan Dagang

Harga minyak Brent hari ini kembali melemah setelah mengalami penurunan tajam pada perdagangan sebelumnya. Hingga Selasa, 22 April 2025, harga minyak global masih bergerak stabil, meski tekanan dari ketidakpastian ekonomi makro dan geopolitik terus membayangi. Volatilitas harga dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari kebijakan moneter AS, tensi geopolitik, hingga ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan global.

Kontrak minyak Brent untuk pengiriman Juni ditutup di angka US$66,92 per barel, sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang berada di US$66,26. Sementara itu, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) justru mencatat kenaikan tipis dari US$63,08 menjadi US$63,80 per barel. Meskipun mengalami sedikit perubahan, harga Brent masih tertinggal dari level tertingginya minggu lalu yang sempat menyentuh US$68. Sentimen pasar kini lebih berhati-hati, terutama menghadapi gejolak politik dan ekonomi yang semakin dinamis.

Pengaruh Sentimen Trump Terhadap Harga Minyak Brent Hari Ini
Salah satu pemicu utama pelemahan harga minyak Brent hari ini adalah pernyataan kontroversial Presiden AS, Donald Trump, yang kembali mengkritik kebijakan The Fed. Trump menuding Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, sebagai penghambat pertumbuhan ekonomi dan mendesak agar suku bunga segera diturunkan. Isu pemecatan Powell pun kembali mencuat, menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan.

Situasi ini mendorong investor global untuk menghindari aset berisiko dan beralih ke instrumen safe haven seperti emas dan obligasi pemerintah AS. Akibatnya, harga komoditas energi seperti minyak ikut tertekan. Harga minyak Brent hari ini pun menjadi korban dari ketegangan politik dan menurunnya kepercayaan pasar terhadap stabilitas kebijakan ekonomi AS.

pengaruh sentimen trump terhadap harga minyak brent hari ini
Perang Dagang AS-China Membebani Prospek Permintaan Energi
Selain itu, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok turut memperburuk sentimen pasar. Negosiasi yang belum menunjukkan kemajuan membuat pelaku pasar khawatir terhadap penurunan permintaan minyak secara global. Penurunan volume perdagangan internasional berdampak langsung pada sektor transportasi dan industri, yang merupakan konsumen utama energi fosil.

Analis memproyeksikan bahwa selama konflik ini berlanjut, permintaan minyak dunia akan tetap lemah. Kondisi ini memberikan tekanan tambahan pada harga minyak Brent hari ini, yang semakin sulit untuk pulih tanpa perbaikan outlook permintaan global. Permintaan dari negara berkembang yang sebelumnya menopang pasar juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

perang dagang as china membebani prospek permintaan energi
Lonjakan Produksi OPEC+ Menimbulkan Ancaman Oversupply
Dari sisi suplai, kenaikan produksi dari negara-negara anggota OPEC+ menjadi faktor lain yang menekan harga. Arab Saudi, Rusia, dan beberapa produsen utama meningkatkan output lebih cepat dari perkiraan, sebagai langkah antisipasi terhadap potensi gangguan pasokan dari wilayah-wilayah rawan konflik.

Namun, tambahan pasokan ini justru memperbesar risiko kelebihan produksi atau oversupply. Dalam dua hari terakhir, Brent telah terkoreksi lebih dari 2%. Jika tidak ada tindakan tegas untuk memangkas produksi, harga minyak Brent hari ini berisiko turun di bawah level US$65 per barel. Para analis menilai OPEC+ perlu kembali menyeimbangkan produksi untuk menghindari tekanan harga lebih lanjut. Selain itu, peningkatan ekspor dari Amerika Serikat melalui produksi shale oil juga turut menambah tekanan pasokan global.

lonjakan produksi opec menimbulkan ancaman oversupply
Fluktuasi Nilai Tukar Dolar AS dan Dampaknya terhadap Harga Minyak
Karena diperdagangkan dalam dolar AS, harga minyak dunia sangat dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang tersebut. Melemahnya dolar akibat tekanan politik bisa membuat harga minyak terlihat lebih murah bagi negara-negara pengguna mata uang lain, yang berpotensi mendorong permintaan. Namun, kondisi ini tidak selalu menjamin penguatan harga, terutama jika dibarengi dengan tekanan dari sisi permintaan dan geopolitik.

Kritik Trump terhadap The Fed memperumit prediksi arah kebijakan suku bunga AS. Jika suku bunga diturunkan sebagai respons atas tekanan politik, nilai tukar dolar bisa melemah. Dalam jangka pendek, kondisi ini bisa memberikan sedikit dukungan bagi harga minyak Brent hari ini, meski dampaknya mungkin terbatas di tengah tekanan global lainnya. Selain itu, pelaku pasar masih menanti hasil pertemuan The Fed berikutnya untuk melihat apakah tekanan politik akan berdampak nyata pada kebijakan moneter.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, harga minyak Brent hari ini mencerminkan kompleksitas interaksi antara sentimen pasar, kebijakan moneter, tensi geopolitik, dan faktor fundamental pasokan-permintaan. Pasar energi saat ini berada dalam posisi yang rapuh, di mana setiap pernyataan politik atau perkembangan global dapat memicu reaksi harga yang cepat.

Investor dan pelaku industri energi disarankan untuk terus memantau perkembangan isu global, termasuk kebijakan OPEC+, keputusan suku bunga The Fed, serta progres negosiasi dagang AS-China. Selain itu, tren konsumsi energi pascapandemi dan peralihan ke energi terbarukan juga menjadi variabel penting yang bisa memengaruhi arah harga ke depan. Selama belum ada sinyal pemulihan permintaan atau pemangkasan produksi yang signifikan, harga minyak Brent hari ini diperkirakan akan tetap volatil dengan kecenderungan melemah dalam jangka pendek.

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.