Transaksi kripto di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan ini menarik perhatian banyak pihak, terutama regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang terus memantau dinamika pasar kripto. Meskipun adopsi dan penggunaan aset kripto masih berkembang, banyak yang bertanya-tanya tentang penyebab penurunan ini. OJK memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, serta langkah-langkah yang dapat mendorong pemulihan transaksi kripto ke depannya.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan transaksi kripto adalah perubahan sentimen pasar. Berdasarkan analisis yang dilakukan, indikator fear and greed yang digunakan dalam perdagangan kripto menunjukkan bahwa pasar saat ini lebih didominasi oleh ketakutan atau fear.

Ketakutan ini muncul karena volatilitas harga yang tinggi, membuat banyak investor menahan diri dan tidak ingin mengambil risiko besar. Saat pasar kripto mengalami fluktuasi harga yang tajam, banyak investor yang cenderung untuk menunggu kondisi yang lebih stabil sebelum melakukan transaksi. Hal ini juga dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan faktor makroekonomi lainnya yang turut mempengaruhi keputusan investasi di kripto.

Meski transaksi kripto menurun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa perkembangan aset kripto di Indonesia masih berada dalam jalur pertumbuhan yang positif. Salah satu indikator penting yang menggambarkan tren positif ini adalah jumlah pengguna kripto yang terus meningkat.

Pada akhir Februari 2025, jumlah pengguna kripto Indonesia tercatat mencapai 23,31 juta orang, meningkat dari 22,92 juta orang pada bulan sebelumnya. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun volume transaksi mengalami penurunan, jumlah konsumen yang tertarik dan bergabung dengan pasar kripto tetap tinggi. Ini bisa diartikan bahwa minat masyarakat terhadap investasi di aset digital masih cukup kuat.

“Meski ada penurunan dalam volume transaksi, kami melihat adanya perkembangan yang positif dalam hal jumlah konsumen baru. Ini menandakan bahwa masyarakat masih tertarik untuk berinvestasi di kripto, meskipun pasar sedang mengalami ketidakpastian,” ujar perwakilan dari OJK.

Melihat perkembangan pasar kripto, OJK tetap optimis bahwa adopsi kripto akan terus meningkat sepanjang tahun 2025. Salah satu alasan optimisme ini adalah tingkat onboarding atau masuknya investor baru yang cukup signifikan.

OJK mengharapkan adanya pembalikan tren seiring dengan stabilitas harga aset kripto utama seperti Bitcoin. Jika harga Bitcoin dan aset digital lainnya mulai pulih dan menunjukkan tren positif, maka besar kemungkinan volume transaksi akan kembali meningkat. Menurut OJK, pembalikan harga ini sangat bergantung pada faktor-faktor global, seperti kebijakan moneter dari bank sentral besar dan sentimen pasar yang lebih positif.

“Jika kita perhatikan dalam beberapa bulan ke depan, terutama dengan adanya potensi pembalikan harga Bitcoin, kita berharap transaksi akan kembali meningkat. Hal ini bisa mempercepat adopsi dan minat masyarakat terhadap kripto,” tambah perwakilan OJK.

Selain sentimen pasar dan volatilitas harga, regulasi yang terus berkembang juga berperan penting dalam mempengaruhi transaksi kripto di Indonesia. OJK sebagai regulator utama di sektor keuangan terus berupaya untuk memberikan kepastian hukum dan keamanan bagi para pelaku pasar kripto.

Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi penurunan transaksi adalah kebijakan-kebijakan baru terkait dengan pengawasan dan regulasi perdagangan kripto yang semakin ketat. Meski regulasi bertujuan untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas pasar, beberapa investor mungkin merasa was-was dengan adanya perubahan regulasi yang dapat mempengaruhi nilai dan likuiditas aset kripto.

Namun, OJK menegaskan bahwa regulasi ini justru akan membawa dampak positif dalam jangka panjang dengan memberikan rasa aman bagi para investor. Ketika regulasi yang lebih jelas dan transparan diterapkan, maka pasar kripto di Indonesia akan lebih tertata dan tidak lagi dipengaruhi oleh ketidakpastian hukum.

Meski ada penurunan transaksi di jangka pendek, OJK tetap melihat bahwa kripto adalah bagian dari masa depan ekonomi digital Indonesia. Pertumbuhan jumlah pengguna yang stabil dan minat masyarakat yang terus tumbuh menunjukkan bahwa adopsi kripto akan semakin meluas di masa depan.

Terlepas dari penurunan transaksi yang terjadi saat ini, OJK berharap tren pertumbuhan ini akan terus berlanjut. Beberapa sektor baru yang akan memanfaatkan teknologi blockchain dan kripto, seperti sektor pembayaran digital, investasi, dan fintech, diyakini akan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap aset digital ini.

Secara keseluruhan, meskipun transaksi kripto turun, pasar kripto Indonesia masih berada dalam tahap perkembangan yang positif. Beberapa faktor, seperti sentimen pasar yang negatif, volatilitas harga yang tinggi, dan ketidakpastian regulasi, memang mempengaruhi penurunan volume transaksi. Namun, dengan terus meningkatnya jumlah pengguna dan adopsi yang lebih luas, kripto tetap memiliki potensi besar untuk tumbuh di Indonesia.

Melihat ke depan, OJK berharap pasar kripto akan kembali pulih, terutama jika harga aset utama seperti Bitcoin mengalami pembalikan arah yang positif. Regulator juga optimis bahwa kripto akan menjadi bagian penting dari ekonomi digital Indonesia yang lebih besar.

Bagi investor yang mempertimbangkan untuk memasuki pasar kripto, penting untuk tetap memantau perubahan regulasi dan pergerakan harga yang dapat mempengaruhi keputusan investasi mereka. Di saat yang sama, bagi masyarakat yang baru mengenal dunia kripto, mereka diharapkan tetap bijak dalam mengelola risiko dan melakukan riset sebelum terjun ke dalam investasi kripto.