Dolar Amerika Melemah Usai Rilis Data Inflasi AS Terbaru
Dolar Amerika Melemah Usai Rilis Data Inflasi AS Terbaru

Kurs dolar Amerika melemah signifikan pada perdagangan Selasa (13 Mei 2025), setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi pasar. Indeks Dolar AS (DXY), yang mencerminkan kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun sekitar 0.4% ke kisaran 101.30 pada sesi New York. Pelemahan ini mencerminkan respons pasar terhadap tekanan inflasi yang melandai serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve.

Penurunan kurs terjadi secara luas terhadap mayoritas pasangan mata uang utama (major pairs), mencerminkan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, muncul keraguan mengenai efektivitas pemangkasan tarif impor China dalam mendorong pemulihan ekonomi, yang turut menambah tekanan pada nilai tukar dolar.

Inflasi AS Melambat, Tekan Dolar Amerika
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat untuk April 2025 menunjukkan kenaikan +0.2% secara bulanan (month-on-month/m/m), naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat penurunan -0.1%. Namun, angka ini tetap di bawah ekspektasi pasar sebesar +0.3%. Dalam basis tahunan (year-on-year/y/y), inflasi melandai dari 2.4% menjadi 2.3%, menunjukkan tekanan harga yang menurun secara bertahap.

Situasi ini memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuannya. Seperti diketahui, suku bunga yang lebih rendah biasanya berdampak negatif terhadap kurs dolar karena mengurangi imbal hasil investasi berbasis USD.

Namun, sejumlah ekonom memperkirakan The Fed belum akan mengambil tindakan agresif dalam waktu dekat. “Kami memperkirakan The Fed akan menunggu perkembangan data berikutnya. Angka inflasi saat ini belum cukup kuat untuk mendorong perubahan kebijakan secara drastis,” ujar Knut A. Magnussen, Ekonom Senior DNB Carnegie.

Pandangan serupa disampaikan Peter Cardillo, Kepala Ekonom di Spartan Capital. Ia mengatakan bahwa peluang pemangkasan suku bunga pada bulan Juni masih belum pasti, kecuali terjadi pergeseran besar dalam lanskap ekonomi global, seperti berakhirnya perang dagang atau akselerasi pertumbuhan global.

inflasi as melambat tekan dolar amerika
Pemangkasan Tarif China Belum Berdampak Besar
Sentimen pasar sempat membaik setelah kabar pemangkasan tarif impor antara AS dan China diumumkan. Namun, optimisme tersebut dengan cepat memudar setelah sejumlah analis menilai bahwa langkah ini belum cukup kuat untuk mendorong pemulihan ekonomi secara substansial.

Meski ada pelonggaran, tarif dasar impor AS tetap berada pada level 10%, belum termasuk tambahan tarif yang dikenakan pada produk dari negara-negara tertentu. Fitch Ratings memperkirakan tarif efektif hanya turun dari 22.8% ke 13.1%, angka yang masih jauh di atas rata-rata tarif 2.3% pada akhir 2024.

“Tarif tetap tinggi dan akan terus menjadi beban bagi ekonomi AS,” kata Christopher Hodge, Kepala Ekonom AS di Natixis. Ia menegaskan bahwa hambatan perdagangan seperti ini dapat mengurangi daya saing sektor manufaktur dan menekan pertumbuhan domestik.

Josh Schiffrin dari Goldman Sachs menyebutkan bahwa valuasi premium terhadap USD mulai menurun. “Tren penguatan dolar selama beberapa tahun terakhir kemungkinan telah berakhir. Saya melihat pelemahan lebih lanjut dapat terjadi secara materiil dari titik ini,” ujarnya.

pemangkasan tarif china belum berdampak besar
Prospek Dolar Amerika ke Depan
Kombinasi dari data inflasi yang melandai, ketidakpastian arah kebijakan suku bunga, dan hambatan perdagangan global menempatkan dolar Amerika dalam posisi yang rentan terhadap tekanan eksternal. Para investor kini mengalihkan fokus pada data ekonomi AS berikutnya, seperti PDB kuartalan, laporan ketenagakerjaan, dan notulen rapat FOMC.

Jika tren perlambatan inflasi berlanjut dan The Fed memberikan sinyal lebih jelas mengenai pemangkasan suku bunga, maka kurs dolar Amerika berpotensi mengalami pelemahan lebih dalam. Situasi ini juga membuka peluang bagi mata uang lain, terutama euro dan yen, untuk menguat terhadap dolar.

Namun demikian, tingginya ketidakpastian global membuat banyak investor tetap berhati-hati. Dolar AS masih dianggap sebagai mata uang safe haven, sehingga apabila terjadi gejolak geopolitik atau krisis keuangan, permintaan terhadap greenback bisa kembali meningkat.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, dolar Amerika melemah sebagai respons terhadap inflasi AS yang melandai dan meningkatnya ekspektasi pasar akan pelonggaran kebijakan moneter. Meskipun ada kabar positif terkait pemangkasan tarif China, dampaknya terhadap perekonomian dan kurs dolar masih terbatas. Fokus pasar kini tertuju pada arah kebijakan Federal Reserve dan data ekonomi lanjutan yang akan menentukan pergerakan kurs dolar dalam waktu dekat.

Pilihan Rekomendasi Broker

Berikut pilihan rekomendasi broker yang telah kami uji secara langsung dari sisi keamanan dana, kualitas eksekusi, kemudahan deposit dan penarikan, serta banyak hal lainnya. Silahkan klik link berikut.